Lama sudah tidak menulis di blog ini,
seiring dengan sudah lama tidak blusukan sehingga belum ada artikel baru lagi
yang bisa saya tulis. Sebagai tambahan artikel berikut saya tuliskan mengenai
petilasan yang sangat menarik buat saya baik dari sejarahnya maupun mitosnya
yang berkaitan erat dengan Candi Prambanan, yaitu Petilasan Kraton Baka.
Bagi saya petilasan Kraton Baka ini
benar-benar sangat amazing dan benar-benar membuat ingin kembali mengunjunginya
lagi. Setelah impian yang cukup lama akhirnya saya bisa berkunjung ke Kraton
Baka ini bersama keluargaku tercinta pada 27 November 2009. Keberadaan Kraton Baka tidak jauh
dari Candi Prambanan yaitu berada di atas sebuah bukit diselatan Candi Prambanan, tepatnya di Dsn.Dhawung, Ds.Bokoharjo,
Kec.Prambanan, Kab.Sleman. Untuk jalur resmi dari Jl.Jogja-Solo tepatnya dari
pasar prambanan (jika dari arah jogja) belok kanan sekitar 2 km anda akan
melihat papan nama dan petunjuk ke Kraton Baka. Tetapi kalau anda ingin
berpetualang anda bisa lewat jalur Ds.Sumberwatu dan bisa naik bukit dengan
jalan kaki untuk menuju ke petilasan Kraton Baka.
Keberadaan Kraton Baka sangat menarik
perhatian dari para ali purbakala dan sejarah, tetapi untuk keterangan yang
pasti mengenai asal usul Kraton Baka belum ditemukan. Catatan-catatan lamayang
ditulis oleh ahli arkeologi Belanda Van Boekholts tahun 1790 menyebutkan bahwa di
daerah Kraton Baka ini pernah menjadi tempat bertahta salah seorang Raja/Ratu
yang sangat agung dan sisa bangunan-bangunan yang ditemukan di lokasi tersebut
merupakan petilasan sebuah Kraton/Istana raja.
Susunan sisa-sisa bangunan yang
ditemukan menunjukkan susunan sebuah Kraton, seperti umumnya adanya sebuah alun-alun dan sebuah gerbang besar. Di Kraton
Baka juga ditemukan halaman luas dan juga ada Gapura besar sehingga dinamakan
Alun-alun Kraton Baka. Penelitian yang lebih cermat dan teliti di petilasan ini
baru dimulai pada tahun 1938 dengan diadakan penggalian (ekskavasi) di antara
reruntuhan batu-batu candi yang dulu disebut warga sekitar Candi Dhawung.
Reruntuhan batu-batu yang digali tersebut ternyata merupakan sebuah bangunan
pintu gerbang atau gapura dan tahun 1950 diadakan pemugaran. Gapura ini ada 2
buah yaitu Gapura kembar 3 yang berada di depan dan Gapura kembar 5 yang berada di belakangnya. Selain itu masih
banyak juga ditemukan batu-batu candi, lingga dan umpak yang terbuat dari batu
andesit dan pecahan-pecahan gerabah, keramik dari Dinasti Tang. Pada tahun 1960
disekitar Kraton Baka ditemukan arca-arca batu tapi sayang keadaannya sudah
tidak utuh dan sekarang disimpan di museum arkeologi.
Prasasti yang pernah ditemukan di
Kraton Baka cukup banyak yaitu ada 8 buah prasasti yang sudah diketahui isinya.
Prasati yang paling tua berangka tahun 792 M bersifat Buddhis yang ditulis dalam
huruf prenagari dan berbahasa sansekerta. Sedangkan prasasti yang berangka
tahun 856 M (778 Saka) menggunakan bahasa sansekerta tetapi ditulis dalam huruf
jawa kuno dan bersifat Siwais. Prasasti lain yang disebut Prasasti Baka I tidak
diketahui angka tahunnya dan isinya menyebutkan tentang diresmikannya bangunan
suci Kamalpani. Prasasti Baka II berangka tahun 856M (778 Saka) menyebutkan
pendirian sebuah Lingga oleh Shri Kumbhaya. Prasasti Baka III juga berangka
tahun 856 M (778 Saka) menyebutkan tentang pendirian Tryambakalingga oleh Shri
Kumbhaya. Prasasti Baka IV tanpa angka tahun menyebutkan tentang pendirian
Horalingga oleh Kalasadhawu. Sehingga dari penemuan prasasti-prasasti tersebut
dan adanya pecahan-pecahan keramik dari Dinasti Tang memperkuat dugaan kalau
Kraton Baka dibuat sekitar abad ke 8 dan 9.
Menurut Dr.Y.G De Casparris seorang
Sarjana dan pakar sejarah dari Belanda menyebutkan bahwa Kraton Baka merupakan sebuah
benteng pertahanan , yaitu menurut Casparris saat itu terjadi peperangan antara
Balaputradewa melawan Raja Mataram Rakai Pikatan. Pihak Balaputradewa kalah dan
terdesak sehingga melarikan diri ke pegunungan dimana Kraton Baka ini akhirnya
didirikan sebagai benteng. Akhirnya Balaputradewa kembali ke Sriwijaya dan
menjadi Raja. Ada yang juga menyebutkan
bahwa petilasan benteng pertahanan ini mewujudkan sebuah Istana atau Villa
untuk pesanggrahan dikarenakan berada diatas bukit dengan pemandangan yang asri
dan alami.
Komplek petilasan Kraton Baka terdiri
dari beberapa bangunan dengan luas 500 x 500 m. Luas tersebut terbagi menjadi 3
bagian yaitu bagian barat, timur dan utara. Bagian barat terdiri dari Gapura
kembar 3 dan 5 serta alun-alun dan tempat pembakaran jenazah. Bagian timur
merupakan bangunan inti dari Kraton Baka, yaitu terdapat sebuah pendhapa, kolam
pemandian dan keputren. Bagian utara ditemukan ada 2 gua yang tidak begitu
besar serta tidak terlalu dalam. Gua tersebut diberi nama Gua Lanang dan Gua
Wadon. Mulut gua lanang ini berdiameter 3.75 m, tinggi 1.8 m dan kedalaman 3 m.
Mulut gua wadon berdiameter 1.7 m, tinggi 3 m dan kedalaman 3 m. Didalam gua
ini terdapat tempat buat semedi dan disebut Panepen.
Demikian blusukan saya di petilasan
Kraton Baka tentang sejaran nya dan juga petilasan-petilasn yang masih tersisa.
Benar-benar membuat saya rindu untuk mengunjunginya lagi. Dalam artikel
berikutnya saya ingin bercerita tentang mitos Kraton Baka dalam hubungannya
dengan Candi Prambanan.