Keberadaan candi ini sebelumnya tidak saya ketahui secara jelas. Minimnya informasi mengenai candi ini baik di buku sejarah maupun internet membuat penasaran untuk membuktikan. Dari keterangan yang saya peroleh candi ini berada di sekitar rawa pening. Dalam perjalanan pulang dari candi sari di cepogo saya sengaja pulang lewat salatiga dan berbelok ke arah banyubiru untuk mencari keberadaan candi dukuh. Dalam keadaan gerimis saat motor sudah mulai masuk ke daerah banyubiru pandangan mata saya tujukan ke setiap gapura desa ataupun papan nama, siapa tahu ada keterangan candi dukuh disitu. Tetapi tujuan utama adalah mencari dahulu desa candi dukuh baru nanti menanyakan keberadaan candinya.Tanpa sengaja saya melihat papan nama kusam dikiri jalan dan bentuknya khas dengan papan nama sebuah candi. Setelah bertanya pada penduduk ternyata benar bahwa itu adalah papan nama Candi Dukuh. Saya pun masuk ke desa tersebut dan kemudian bertanya pada penduduk lokasi candi. Candi Dukuh ada diatas sebuah bukit yang berada ditepi rawa pening. Saya pun menitip kendaraan dirumah penduduk sekitar dan berjalan menaiki bukit menuju candi.
Lokasi :
Lokasi :
Reruntuhan candi ini berlokasi di Ds.Candi Dukuh, Kec.Banyubiru, Kab.Semarang dan berada dipinggir rawa pening.
Reruntuhan Candi Dukuh |
Pintu gerbang menuju candi dukuh yg berada di bawah bukit |
Jalan setapak menuju Candi Dukuh |
Lokasi candi ini berada dipinggir rawa pening |
Sejarah :
Di sekitar rawa pening ternyata terdapat sebuah peninggalan purbakala yaitu sebuah candi. Candi apakah itu dan kenapa berada di daerah ini. Candi ini bernama Candi Dukuh yaitu sesuai dengan nama lokasi candi ini berada. Menurut penduduk sekitar candi ini adalah peninggalan Prabu Brawijaya V sehingga kadang candi ini disebut juga dengan candi Brawijaya.
Kondisi :
Candi ini hanya tinggal reruntuhan saja dan tidak diketahui bagaimana bentuk dari candi ini. Diantara reruntuhan batu2 candi masih banyak batu2 yg berelief, hiasan kala dan lingga patok. Menurut warga dahulu ada beberapa buah arca yg berada di candi ini, tetapi sayang arca2 tersebut sudah hilang dicuri oleh pihak yg tidak bertanggung jawab. Pengunjung yg banyak ke candi ini kebanyakan wisatawan asing dan orang2 yg menepi untuk bersemedi ataupun orang yg memang punya tujuan untuk ziarah dan mencari berkah. Keberadaan candi ini dibawah pengawasan BP3 Jateng dan terdapat pos penjagaan beserta juru kunci yg bertugas memelihara candi dan juga memberi penjelasan kepada wisatawan atau pengunjung yg datang.
Kondisi :
Candi ini hanya tinggal reruntuhan saja dan tidak diketahui bagaimana bentuk dari candi ini. Diantara reruntuhan batu2 candi masih banyak batu2 yg berelief, hiasan kala dan lingga patok. Menurut warga dahulu ada beberapa buah arca yg berada di candi ini, tetapi sayang arca2 tersebut sudah hilang dicuri oleh pihak yg tidak bertanggung jawab. Pengunjung yg banyak ke candi ini kebanyakan wisatawan asing dan orang2 yg menepi untuk bersemedi ataupun orang yg memang punya tujuan untuk ziarah dan mencari berkah. Keberadaan candi ini dibawah pengawasan BP3 Jateng dan terdapat pos penjagaan beserta juru kunci yg bertugas memelihara candi dan juga memberi penjelasan kepada wisatawan atau pengunjung yg datang.
Potongan relief |
Antefiks dan batu berelief diantara tumpukan batu |
Struktur batur candi yg belum pernah dipugar |
Dibagian atas candi terdapat 2 lingga patok yg menyerupai makam |
Bagian depan candi |
Batu2 candi yg ditumpuk disamping pos jaga |
Lingga patok |
Batu berelief |
Hiasan kala |
Lokasi candi berada diatas sebuah bukit dan untuk menuju candi ini harus melewati jalan setapak yg cukup menanjak dengan pemandangan rawa pening disekitarnya. Saat saya ke candi ini sang juru kunci sudah pulang sehingga tidak banyak info yg bisa saya peroleh tentang candi ini.
saya ijin pakai gambar relief dewa,saya masukkan di http://sasadaramk.blogspot.com/2011/10/candi-dukuh-kecantikan-yang.html , saya ke candi ini 21 Oktober tapi relief itu dah ga ada......menyedihkan ya mas.... terimakasih juga, blog panjenengan banyak memberi pedoman untuk saya- sesama penyuka candi... salam
ReplyDeleteTerima kasih mas. Salam kenal juga sebagai sesama pecinta candi.
ReplyDeleteTanggal 27 :des 2011 keadaan candi sudah berubah banyak tidak zeperti yg ada di foro ini. Tumpukan candi hanya ada satu. Bagian tengah sdh digali kelihatan tanahnya.
ReplyDeleteAda candi Ngempon di Ds. Derekan, masuk dari lemah ireng depan kanindo jl. Bawen semarang
ReplyDeleteTerima kasih infonya mas sukamto, wah sayang sekali kenapa hal itu terjadi, penggalian tersebut dilakukan dari mana ya mas?
ReplyDeleteUntuk Candi ngempon trims infonya...rencana memang akan saya masukkan ke blog ini
kok udah berubah jauh dari yang saya lihat seminggu yang lalu.....
ReplyDeleteFoto ini saya mabil sebelum candi ini dipugar pak
Deletesalam kenal.saya dari salatiga mau sedikit berbagi info.ada satu candi lagi di daerah selatan salatiga.tepatnya dari salatiga arah boyolali(km 8)ada pertigaan 'klero'.maju ke arah boyolali lagi sekitar 1km,coba tanya di sekitar situ nama desa Poncol.di situ ada 1 candi yg relatif lebih utuh secara fisik.trmks
ReplyDeleteMaaf baru sempat bales, terima kasih infonya. Kalau tidak salah nama candi tersebut Candi Tengaran kelihatannya
DeleteTerima kasih ya Mas Alex, postingan yang menginspirasi dan memacu saya mendaki punthuk Candi Dukuh. selamat terus berbagi keindahan nilai situs purbakala. Salam
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteCandi Dukuh atau yang kurang tepatnya disebut Candi Brawijaya sesungguhnya adalah candi peninggalan Ajar Salokantara (baca: Ajar Salokantoro) atau Ajar Saloka Antara, ayah dari Naga Bandung (seekor naga mitos yang lidahnya dipotong ayahnya sendiri ketika berusaha mengelilingi Bukit/Gunung Telomoyo. Lidahnya inilah yang berubah ujud menjadi Tombak Baru Klinthing.
ReplyDeleteAjar Salokantara adalah seorang pandhita agung dari masa Ratu Sima, raja Kalinggajati, nenek dari Sanjaya Sang Ratu Mataram
(orang Sunda menyebutnya: Sanjaya Harisdharma). Sanjaya adalah pewaris sah dari Kalinggajati Utara (Bumi Mataram).
Sedangkan Kalinggajati Selatan (Bumi Sambara) dikuasai oleh Dapunta Syailendra, leluhur raja Banu, Indra, Visnu, dan Samarottungga dari Dinasti Syailendra.
Betapa baiknya Ratu Sima, membagi kekuasaannya kepada cucunya yang beragama Hindu (Sanjaya) dan cucunya yang beragama Buddha (Dapunta Syailendra). Suatu bukti toleransi sang ratu dan keadilan sang ratu kepada kekuasaannya saat itu.
Untuk info lebih lanjut, silahkan telp/sms ke: 08995052772.
Adipati Kertawijaya Sasrabahu
daerah tengaran salatiga,ada candi klero...gan...(dr sala3 sblum jembatan double kiri jalan) hartanto.salatiga@gmail.com
ReplyDeletesip mantab banget hasil blusukannya mas rafael,...sehari bisa berapa tempat yang berhasil di kunjungi...
ReplyDeletesaya baru belajar blusukan ke candi candi peninggalan purbakala..mas rafael.. pedoman saya dari blog ini... terimakasih atas blog yang sangat sangat bermanfaat ini...salam blusukan
ReplyDeletehalo..mas rafael kok ga di buka ni komen di blognya...
ReplyDelete