Monday, September 17, 2012

Arca Buddha Ngawen

Mungkin banyak yang sudah tahu mengenai sebuah candi yang berada di Ds.Ngawen, Kec.Muntilan, Kab.Magelang, yaitu sebuah komplek candi Buddha yang hingga saat ini belum sepenuhnya dipugar karena masih banyak batu2 candi yang hilang. Candi ini terdiri dari 5 buah candi dengan masing-masing didalam bilik candi dulu terdapat sebuah Arca Buddha. Saat ini hanya tersisa 2 arca Buddha saja dengan kondisi rusak tanpa kepala. Menurut cerita kepala arca Buddha tersebut dicuri sekelompok orang dengan dikawal beberapa orang bersenjata sekitar tahun 1970an. Warga banyak yang menjadi saksi tapi tidak ada yang berani mencegah.

Komplek Candi Ngawen
Salah satu Arca Buddha
Candi utama
Yang menarik dari candi ini adalah ternyata ada sebuah arca Buddha utuh dari candi ini yang masih tersembunyi. Cerita ini aku dapat dari salah seorang warga dusun clapar yang bercerita bahwa dahulu ada sebuah arca dari candi ini yang akan dicuri, karena takut ketahuan warga akhirnya arca Buddha ini dipendam dulu sementara waktu sampai aman di tengah Desa Ngawen tepatnya di sebuah kandang bebek. Selang waktu berlalu Arca Buddha ini terlupakan dan lokasi desa banyak perubahan, hingga kini arca ini masih tersembunyi dan siapakah nanti yang bisa menemukan kembali???

Monday, September 3, 2012

Situs Clapar yang masih misterius

Cerita mengenai situs ini aku dengar dari masyarakat Dsn.Clapar, Ds.ngawen, Kec.muntilan, Kab.Magelang yaitu sebuah dusun yang berada tidak jauh dari Candi Ngawen. Aku punya seorang teman yg tinggal disini bercerita bahwa dirumah salah satu warga diyakini bahwa dibawahnya terdapat sebuah bangunan kuno dari batu, entah itu candi atau pendopo belum ada yg pernah menggalinya. Memang didesa ini kutemukan beberapa batu andesit di pelataran rumah dan dikebun. Tapi benar tidaknya keberadaan situs ini masih belum dibuktikan.




Dibawah rumah ini konon terdapat sebuah candi yang terpendam
Pertigaan dusun clapar
Batu andesit di sebuah kolam
Batu andesit dihalaman rumah warga

Friday, January 27, 2012

Situs Candi Tempuran

Situs yang saya datangi pada bulan Juli 2010 ini bukanlah berupa reruntuhan candi seperti yang saya perkirakan, selain itu minimnya informasi dan penelitian menyebabkan situs ini tidak diketahui secara umum. Bahkan warga sekitar pun banyak yang tidak paham sama sekali akan keberadaan situs ini.

Situs Candi Tempuran

Lokasi :
Dsn.Candi, Ds.Ringinanom, Kec.Tempuran, Kab.Magelang

Situs ini dikenal oleh warga sekitar dengan nama makam candi sesuai dengan nama lokasi dari situs ini berada yaitu dusun candi. Apakah mungkin dulu di dusun ini ada sebuah candi?? Tidak ada warga sekitar yang mengetahui, bahkan orang paling tua di dusun ini pun yang saya temui juga tidak mengetahui akan sejarah situs ini. Situs ini berada pada sebuah kebun ditengah-tengah pemukiman warga. Lokasi situs diberi pagar bambu dan dikeramatkan oleh penduduk sekitar.

Makam kuno
Ceruk
Yang tersisa ditempat ini adalah sebuah ceruk dari batu andesit dan sebuah makam kuno. Tidak ada sisa batu-batu candi, arca atau peninggalan lain yang dapat dijumpai di situs ini. Situs candi berada sekitar 1 km dari dusun samberan dimana pada tahun 2004 ditemukan candi samberan di lokasi pembuatan batu bata.

Wednesday, January 25, 2012

Candi Merak

Kunjunganku ke candi merak saya lakukan pada sekitar bulan Februari 2009. Saat itu candi merak belum sepenuhnya dipugar sehingga di lokasi candi masih banyak berserakan batu-batu candi. Saat itu hari sudah pukul 3 sore dan lokasi candi sudah dikunci. Seorang warga memberitahukan rumah Bp.Slamet selaku Juru Pelihara candi ini yang rumahnya tidak jauh dari lokasi candi merak berada.



Lokasi :
Dsn.Candi Merak, Ds.Karangnongko, Kec.Karangnongko, Kab.Klaten

Candi merak diketemukan sekitar tahun 1925. Pemberian nama ini mungkin dahulu lokasi candi ini berada terdapat sarang burung merak. Menurut sejarah sebelumnya dilahan tersebut hanya tanah kosong yang terdapat pohon besar yang waktu itu bernama Pohon Joho. Candi merak ini terkubur dan hanya nampak beberapa batu serta arca yang terlihat berserakan. Candi merak merupakan peninggalan Hindhu dari Kerajaan Mataram Kuno dan diperkirakan sejaman dengan Candi Karangnongko yang berada tidak jauh dari candi ini.

Candi merak saat diketemukan
Candi ini terdiri dari sebuah Candi induk dan 3 buah candi perwara. Saat itu candi induk sudah dipugar sampai bagian badan candi, sedangkan bagian atas sampai atap candi masih berada di lokasi rekonstruksi sementara. Sedangkan untuk ke 3 candi perwara belum dipugar dan masih berupa reruntuhan. Pada bilik candi induk terdapat sebuah yoni dan arca Ganesha serta arca Durga pada bagian relung candi. Terdapat hiasan makara pada tangga naik dan relief pada pipi candi. Disekitar candi berserakan batu-batu candi bagian candi induk yang belum terpasang dan arca-arca yang berserakan direruntuhan candi perwara.


Candi utama sebelum pemugaran tahun 2010
Yoni di candi utama
Arca Durga
Arca Ganesha
Atap Candi induk dalam tahap rekonstruksi
Bagian atas candi induk dalam tahap rekonstruksi
Arca yang berserakan di sekitar candi
Relief di pipi tangga
Arca nandi
Relief Agastya
Pada tahun 2010 bangunan  induk candi merak mulai diteruskan pemugarannya dan pada tahun 2011 Candi Merak sudah purna pugar dan diresmikan. Candi ini terlihat sangat indah dari beberapa foto yang saya peroleh dari teman-teman Bol Brutu. Sayang saya belum sempat menengok candi ini kembali sejak kunjungan keduaku tahun 2010 silam.

Candi Gampingan

Acara blusukan ke candi pada tanggal 12 Desember 2009 saya sempatkan untuk mengunjungi reruntuhan candi Buddha yang terletak di sepanjang Jl.Jogja - Wonosari walaupun lokasi candi ini masih agak masuk dari jalan raya tersebut.

Saya di Candi Gampingan

Lokasi :
Dsn.Gampingan, Ds.Sitimulyo, Kec.Piyungan, Kab.Bantul

Candi gampingan diberi nama sesuai dengan nama dusun candi ini berada, ditemukan pada tahun 1995 oleh warga sekitar yang hendak membuat batu bata. Candi ini diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Mataram Kuno abad 8 & 9. Lompleks reruntuhan candi ini mempunyai tujuh buah bangunan candi yang tidak utuh, dengan bangunan utama berukuran kira-kira 5 m x 5 m dan tinggi 1,2 meter. Struktur candi ini terbuat dari batu putih yang mudah aus dan rusak oleh cuaca, hal ini terlihat dari struktur candi utama yang sudah mengalami aus yang cukup parah. Pada saat ditemukan, dalam candi ini terdapat tiga buah arca Dhyani Buddha Wairocana yang terbuat dari perunggu, dua buah arca Jambhala dan Candralokesvara dari batu andesit, benda-benda dari emas, dan beberapa benda-benda keramik.

Candi utama Kompleks Candi Gampingan
Candi perwara di sebelah kiri candi utama
Candi perwara di sebelah kanan candi utama
Candi perwara lain yang mungkin sekarang sudah terkubur
Candi perwara yang mungkin juga sudah terkubur kembali
Walaupun hanya tinggal reruntuhan tetapi di candi ini masih dapat dijumpai ornamen dan relief yang masih tersisa pada candi utama dan beberapa batu candi yang berserakan di lokasi candi. Relief di candi ini lebih banyak menggambarkan satwa seperti burung dan katak.

Relief Katak
Relief Burung
Sayang dari tujuh candi yang ditemukan saat ini hanya 3 candi saja yang bisa terlihat, sedangkan untuk ke 4 candi lainnya kemungkinan sudah ditimbun kembali mengingat waktu sewa tanah lahan milik warga sudah habis dan warga juga tidak mengijinkan perpanjangan sewa lagi.

Saturday, January 7, 2012

Candi Banyunibo

Pada tanggal 12 Desember 2009 blusukan di daerah sekitar prambanan saya ulangi untuk mengunjungi sebuah candi yang dulu pernah saya datangi pada saat Hari Raya Nyepi 2009. Saat itu saya tidak membawa kamera sehingga pada kesempatan ini saya manfaatkan untuk sebanyak mungkin mengambil foto candi ini. Bangunan candi ini bernama Candi banyunibo yang  berada tidak jauh dari komplek Ratu Boko, Candi Barong dan Candi Ijo. Bahkan disekitar candi ini pun banyak sekali dijumpai situs-situs candi yang berserakan dibeberapa dusun. Candi tersebut merupakan Candi Buddha yang cukup megah tetapi terpencil dan juga kurang begitu dikenal oleh masyarakat.

Candi Banyunibo

Lokasi :
Dsn.Cepit, Ds.bokoharjo, Kec.Prambanan, Kab.Sleman

Sejarah :
Candi ini diketemukan dalam keadaan runtuh dan kemudian mulai digali dan diteliti pada tahun 1940-an. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada bagian atas candi ini terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha.Arti nama candi ini yaitu  Banyunibo yang berarti air jatuh-menetes (dalam bahasa Jawa) walaupun di candi ini tidak ada tetesan air ataupun sumber air disekitar candi. Candi Banyu nibo termasuk bangunan suci Budha yang cukup kaya akan hiasan (ornament). Hampir pada setiap bagian candi diisi oleh bermacam-macam hiasan dan relief, meskipun bagian yang satu dengan yang lain sering ditemukan motif hiasan yang sama.

Hiasan yang ada di badan candi 
Hiasan pada kaki candi. Dinding kaki candi Banyunibo masing-masing sisi dibagi menjadi beberapa bidang. Bidang tersebut kemudian diisi dengan pahatan berupa hiasan tumbuh-tumbuhan yang keluar dari pot bunga. Candi utama menghadap ke barat dan terletak di antara ladang tebu dan persawahan. Inilah sebabnya candi ini dijuluki “si sebatang kara Banyunibo” karena letaknya yang terpencil dan terpisah dari kompleks candi-candi lainnya.

Reruntuhan candi perwara berupa stupa 
Reruntuhan candi perwara 
 Dari puing-puing di sekitar, diperkirakan ada 6 buah candi perwara (candi pendamping) berbentuk stupa di sekeliling candi utama di sebelah selatan dan timur. Candi utama menghadap ke barat dan terletak di antara ladang tebu dan persawahan. Sayangnya candi perwara ini tidak terbuat dari batu andesit melainkan batu putih yang mudah sekali aus. Di sebelah utara candi, terdapat tembok batu sepanjang 65 m membujur dari barat ke timur. Reruntuhan candi perwara berupa stupa diperkirakan berdiameter sekitar 5 m.

Arca nandi yang ditemukan didaerah bokoharjo
Batu berhias bagian dari sebuah candi
Puncak candi
Disekitar candi ini yaitu didekat pos penjagaan terdapat beberapa batu-batu candi, puncak candi dan sebuah arca nandi yang menurut satpam candi ini bukan bagian dari candi banyunibo tetapi adalah titipan. Benda-benda tersebut diketemukan didesa sekitar candi ini.

Situs Watugudig

Blusukan lagi didaerah prambanan pada Januari 2010 saya lakukan untuk menjelajahi kembali beberapa situs yang dulu pernah saya datangi sekitar tahun 2009. Situs Watu Gudig dulu sempat saya datangi tetapi saat itu saya tidak bisa masuk dikarenakan Juru Pelihara sedang tidak ada ditempat. Pada kesempatan ini saya bisa masuk dan bertemu Bp.Udiyana selaku juru pelihara situs ini.

Papan nama Situs Watu Gudig
Situs Watu Gudig

Lokasi :
Dsn.Jobohan, Ds.Bokoharjo, Kec.Prambanan, Kab.Sleman

Situs ini diberi nama cukup unik yaitu Watu Gudig, gudig berasal dari bahasa jawa yang artinya adalah suatu penyakit kulit, dan situs ini diberi nama itu karena batu-batu di situs ini banyak bercak-bercaknya seperti gudig.Penduduk setempat menamakan bebatuan tersebut dengan panggilan watugudig (watu=batu, gudig=luka/bopeng).
Situs watu gudig berada disamping makam umum dusun jobohan dan juga berada tidak jauh dari Jl.Jogja - Piyungan, hanya sekitar 6 m dari jalan tersebut. Yang tersisa di situs ini adalah sejumlah batu-batu bulat, besar, yang tersebar hampir dimana-mana. Bebatuan ini memiliki diameter terbesar 75cm sedangkan yang terkecil berukuran 53cm.

Batu ini sebagai umpak untuk pilar
Batu-batu situs watu gudig
Kemungkinan besar tempat ini adalah merupakan pendopo dengan pilar dan atap yang terbuat dari kayu yang sekarang sudah musnah. Menurut cerita yang berkembang, tempat ini dulunya merupakan sebuah pendopo besar yang konon sering digunakan oleh Prabu Ratu Boko sebagai tempat peristirahatan. Bebatuan itu nampak tersesusun rapi membentuk formasi segi empat, sementara sebagian lagi berserakan diberbagai sudut lokasi dan ada pula yang menggerombol sedikit terpisah dari formasi utama.

Batu-batu candi yang ditemukan di pemukiman warga bokoharjo
Batu candi yang ditemukan pada penggalian pondasi rumah warga bokoharjo
Salah satu bagian candi yang ditemukan disebuah lahan pertanian 
Di daerah bokoharjo ini banyak sekali ditemukan batu-batu candi yang ditemukan oleh warga secara tidak sengaja. Sebagian besar diketemukan pada saat mencangkul disawah atau pada saat menggali pondasi rumah. Demi keamanan dan kelestarian batu-batu candi tersebut dititipkan di lokasi situs watu gudig ini untuk suatu saat diadakan penelitian lebih mendalam. Di belakang situs ini tepatnya di aliran air di belakang makam ada sebuah arca yang besar yang menurut warga mereka pendam kembali karena takut dijarah, namun kurang jelas arca tersebut arca apa.

Friday, January 6, 2012

Petilasan Ngabei Kartosuro

Masih blusukan didaerah kartosuro selepas dari Keraton Kartosuro saya mampir sebentar ke rumah mertua yang kebetulan tinggal di daerah ini. Dari penuturan Ayah mertua saya selain bekas kraton ada 2 lokasi lagi yang merupakan petilasan Patih atau yang disebut dalam bahasa jawa Ngabei dari Kraton Kartosuro. Petilasan tersebut berada di 2 lokasi yang berbeda dan sayang hanya tinggal 1 lokasi saja yang masih tersisa.

Gerbang Petilasan Ngabei Kartosuro, sayang sudah diganti model modern

Lokasi :
Dsn.Singopuran, Ds.Singopuran, Kec.Kartasura, Kab.Sukoharjo

Petilasan Ngabei ini berada disebuah dusun tidak jauh dari rumah mertua saya. Di tempat ini sekarang masih ditempati sebagai rumah tinggal oleh keluarga yang mungkin masih kerabat dari Kraton Surakarta. Ditempat ini saya menjumpai tembok/pagar/benteng dari batu bata persis seperti benteng kraton kartosuro. Tebal benteng ini sekitar 1 m dan dengan ketinggian 2,5 m, lebih rendah dari tinggi benteng kraton. Didalam tembok ini ada sebuah bangunan rumah, 4 buah makam kuno dengan arca singa di halamannya.Hanya sayang saat itu saya tidak bisa masuk ke dalam karena dikunci dan tidak ada penghuni yang bisa saya temui. Petilasan ini sudah banyak mengalami renovasi dan sudah hilang keasliannya karena pintu gerbang kuno yang dulu menjadi gerbang masuk utama beserta gerbang-gerbang belakang sudah diganti dengan gerbang dengan desain modern.Hanya bentengnya saja yang tidak dirubah. Menurut cerita warga petilasan ini sangat angker dan pernah dijadikan lokasi syuting Uji Nyali Dunia Lain.

Didalam terdapat rumah , halaman luas, makam kuno dan arca singa
Pagar dari batu bata
Tinggi pagar ini sekitar 2.5 m
Tebal tembok ini sekitar 1 m
Untuk petilasan ngabei yang kedua menurut mertua saya berada di Ds.Ngabean, Kec.Kartosuro, Kab.Sukoharjo atau hanya berjarak 1 km dari rumah ayah mertua saya. Tetapi sayang sekali petilasan yang dulu hanya menyisakan sisa benteng dari batu bata ini sudah lenyap dan tidak ada bekasnya sama sekali. Menurut warga sekitar sudah dibongkar dan sekarang sudah didirikan sebuah rumah.

Petilasan Kraton Kartosuro

Blusukan di daerah Kartosuro tidaklah banyak situs atau candi yang bisa ditemukan.Peninggalan yang saya temukan di daerah ini sebagian besar adalah peninggalan Islam. Salah satunya adalah Petilasan Kraton Kartosuro.

Papan nama Kraton Kartasura

Lokasi :
Ds.Siti Hinggil, Kec.Kartasura, Kab.Sukoharjo

Sejarah :
Keraton Kartasura didirikan oleh Sunan Amangkurat II pada tahun 1679 Masehi. Sunan Amangkurat II adalah raja pengganti Sunan Amangkurat I, Raja Mataram di Keraton Plered yang melarikan diri dan meninggalkan Tegal ketika terjadi serangan Trunajaya dari Madura pada tahun 1677. Setelah Sunan Amangkurat II menjabat sebagai raja, beliau tidak mau menempati kraton di Plered karena menurut kepercayaan Jawa, Kerajaan yang sudah diduduki musuh berarti telah ternoda. Sunan Amangkurat II kemudian memerintahkan kepada Senopati Urawan untuk membuat Keraton baru di kawasan Pajang. Perintah ini dituruti dan akhirnya Senopati Urawan dibantu Nerang Kusuma dan rakyat berhasil mendirikan Keraton di sebelah barat Pajang yakni Wonokerto. Amangkurat II beserta para pengikutnya lalu menempati Keraton Baru itu yang diberi nama Kraton kartasura Hadiningrat.
Gejolak di Kerajaan Mataram ternyata tidak berhenti di situ saja. Pada tahun 1741 terjadilah pemberontakan Cina yang berakibat fatal bagi Kartasura. Pemberontakan kali ini dipimpin oleh RM.Garendhi yang bergelar Sunan Kuning (Sunan Amangkurat III) sewaktu menjadi raja. Amangkurat III bernasib justru lebih tragis. Beliau hanya memerintah kurang lebih selama 2 tahun (1703–1705) karena terusir oleh pangeran Puger yang kemudian menjadi raja dan bergelar Sinuhun Pakubuwana I. Selanjutnya pada masa pemerintahan Sinuhun Pakubuwana II (1726–1749), Keraton Kartasura dipindahkan ke Solo tepatnya pada tanggal 17 Februari 1745 Kraton baru di Solo itu diberi nama Keraton Surakarta Hadiningrat.
Prasasti di Kraton Kartosuro
Benteng Keraton Kartosuro terlihat dari luar 
Banteng Keraton Kartosuro terlihat dari dalam
Benteng dari batu bata setebal 2 - 3 m
Tinggi benteng sekitar 3 m
Hastana Kraton
Pendopo dan komplek makam
Masjid Hastana Kraton Kartosuro
Kini Kraton Kartosuro hanya tinggal bekasnya saja, yang masih tersisa adalah pagar / tembok / benteng dari batu bata setebal 2 - 3 m dan dengan ketinggian kurang lebih 3 m.Saat ini bekas kraton ini khusunya dilingkungan benteng kedhaton sudah berubah fungsi menjadi tempat pemakamam kerabat Kraton Surakarta.