Friday, December 30, 2011

Candi Pringapus

Kunjungan ke daerah ngadirejo untuk blusukan ke beberapa candi dan situs saya awali sekitar tahun 2009. Candi ini adalah salah satu tujuan yang menjadi target saya saat itu. Keberadaan candi ini saya ketahui dari cerita teman2 waktu jaman masih STM dulu sekitar tahun 2000. Akhirnya dengan niat dan semangat blusukan perjalanan ke ngadirejo yang cukup jauh dan ditemani hujan deras saya lakukan.

Lokasi :
Ds.Pringapus, Kec.Ngadirejo, Kab.Temanggung

Lokasi Candi Pringapus
Akhirnya setelah perjalanan panjang saya sampai di ngadirejo. Dikarenakan lokasi candi serta rute saya tidak tahu sama sekali maka hal yang bisa saya lakukan adalah bertanya kepada penduduk sekitar. Untunglah seorang simbah yang saya tanya paham lokasi candi tersebut. Berbekal dari info simbah tersebut sampailah saya di Ds.Pringapus, tetapi meskipun lokasi desa sudah ketemu hampir sekitar 30 menit saya baru bisa menemukan lokasi candi. Perlu diketahui di daerah ini ada banyak sekali desa dan perempatan.

Sejarah :
Candi Pringapus pertama kali disebut Junghuhn dalam daftar reruntuhan candi-candi Jawa, yang didasarkan pada gambar Hoepermans. Setelah itu, gambar diperbarui oleh Brandes, Van Erp (1909) dan Knebel (1911).Candi tersebut dibangun pada tahun tahun 772 C atau 850 Masehi menurut prasasti yang ditemukan di sekitar candi ketika diadakan restorasi pada tahun 1932. Candi ini merupakan Replika Mahameru, nama sebuah gunung tempat tinggal para dewata. Hal ini terbukti dengan adanya adanya hiasan Antefiq dan Relief Hapsara-hapsari yang menggambarkan makhluk setengah dewa. Candi Pringapus bersifat Hindu Sekte Siwaistis. Didalam candi ini dapat kita jumpai arca nandi (wahana Dewa Syiwa) yang masih bagus kondisinya.

Saya di Candi Pringapus
Pintu masuk candi
Arca nandi di dalam bilik candi
Ornamen pada badan candi
Ornamen pada badan candi
Candi Pringapus mengingatkan kita pada candi-candi yang ada di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo dan Candi Gegongsongo di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.
Bentuknya hamper sama, Kebetulan ketiga komplek candi ini berada di kawasan yang berdekatan, sehingga memiliki banyak kesamaan, baik dalam bentuk maupun kebudayaan masyarakat saat itu.

Candi Ngempon

Candi ngempon atau disebut juga candi muncul adalah salah satu dari candi Hindhu yang berada di wilayah kabupaten semarang selain candi gedong songo. Saya mengunjungi candi ini selepas perjalanan dari mengunjungi rekan di semarang pada tahun 2009 yang lalu.

Lokasi :
Ds.ngempon, Kec.Bergas, Kab.Semarang

Saat saya mencari lokasi candi ini sebenarnya cukup kesulitan, karena saat itu belum ada papan nama candi di tepi jalan.Jadi hanya bermodalkan niat blusukan akhirnya setelah sampai di pasar karang jati saya bertanya kepada seseorang lokasi candi ini. Kebetulan beliau mengetahui dan menunjukkan lokasinya. Dan inilah rute perjalanan saya ke candi ngempon.

Candi ngempon sebelum direkonstruksi

Saya diantara indahnya Candi Ngempon

Rute :
  1. Dari semarang setelah sampai di pasar karang jati ada sebuah pertigaan, beloklah ke kiri ( arah ke klepu).
  2. Berjalanlah terus dan sekitar 2 km disebelah kanan ada sebuah jalan masuk yaitu Jl.Dharmawangsa. Masuklah ke jalan tersebut.
  3. Jalan tersebut akan melewati kampung dan beberapa pabrik, ikuti jalan tersebut sampai anda berjumpa dengan pertigaan. Disitu ada papan nama ke arah candi.
  4. Belok kiri ke pertigaan tersebut dan berjalanlah terus maka anda akan sampai disebuah gerbang kecil yang dijaga oleh pemuda sekitar. Bayarlah ongkos masuk disitu.
  5. Dari gerbang tersebut anda akan melewati jalan turun yang sudah dicor semen. Ikuti terus jalan tersebut dan anda akan sampai di lokasi candi.
  6. Parkirlah kendaraan anda di lokasi parkir dan jalanlah turun untuk menuju lokasi candi dikarenakan candi berada di sawah dibawah lokasi parkir tersebut.
Sejarah :
Candi ini ditemukan secara tidak sengaja tahun 1952 oleh seseorang yang bernama Kasri. Saat itu beliau sedang mencangkul di sawah bersama kakeknya. Pada awal penemuan hanya ditemukan batu andesit polos berukuran 40 m2, tetapi setiap mencangkul ditemukan batu lebih banyak lagi. Selain itu  juga ditemukan 10 patung, yang satu mirip Rara Jonggrang, Ganesha, Kinara Kinanari, Andini. arca2 tersebut berukuran satu meteran. Arca-arca tersebut kini disimpan di Museum Ranggawarsito Semarang.Saat ditemukan, batu-batu candi dalam keadaan bubrah karena terkena longsoran tanah.

4 candi yang sudah direkonstruksi
Salah satu titik pondasi candi yang belum direkonstruksi
Batu-batu candi ditumpuk dibawah pohon
Jaladhwara dari salah satu candi
Yoni kecil yang rusak dan aus
 Pada 1952 Dinas Purbakala menyusun sebuah candi dari bebatuan tersebut. Dalam perkembangannya, pada 2006 Dinas Purbakala menyusun lagi sebuah candi yang ukurannya lebih kecil dari yang pertama. Ditempat ini ditemukan 9 titik pondasi candi, tetapi saat ini baru 4 candi saja yang sudah selesai direkontruksi. Candi ini pun sudah diruwat oleh Parisada Hindhu Dharma Indonesia dan hendaklah kita menghormati serta tidak berbuat yang aneh-aneh di candi ini.

Petirtaan Derekan dalam tahap rekonstruksi
 Tidak jauh dari lokasi candi ngempon terdapat sebuah petirtaan kuno yang saat saya kesana sedang dalam tahap rekonstruksi. Petirtaan tersebut berupa pemandian air hangat yang layak untuk dikunjungi.

Thursday, December 29, 2011

Candi Bendo yang ditenggelamkan

Waduk Gajah Mungkur adalah sebuah waduk yang terletak 3 km di selatan Kota kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Perairan danau buatan ini dibuat dengan membendung sungai terpanjang di pulau Jawa yaitu sungai Bengawan Solo. Untuk membangun waduk ini pemerintah memindahkan penduduk yang tergusur perairan waduk dengan transmigrasi bedol desa ke Sitiung, wilayah Provinsi Sumatera Barat.Hal yang akan saya bahas dalam artikel kali ini bukan tentang waduk ini tetapi tentang hilangnya benda cagar budaya berupa sebuah candi yang dulu berada disebuah dusun sebelum akhirnya ditenggelamkan menjadi waduk.

Lokasi :
Dsn.Wiroto, Kec.Tirtomulyo, Kab.Wonogiri (Sekarang sudah ditenggelamkan menjadi waduk).

Sebelum ditenggelamkan menjadi waduk, disalah satu desa yang bernama ds.bendo terdapat sebuah bangunan candi yang langka dan unik dibandingkan dengan candi-candi lain yang ada di jawa tengah. Umumnya candi di jawa tengah menggunakan bahan batu andesit sebagai penyusunnnya, tetapi candi bendo ini  merupakan bangunan yang unik karena terbuat dari batu kapur .
Candi tersebut tergolong langka dan memiliki beberapa keistimewaan karena di dalamnya terdapat arca serupa dengan arca di Candi Plaosan, relief berupa pisang bali seperti Candi Sewu, Kalasan, Mendut, dan Candi Jago serta teknik penyambungan batu yang diterapkan memperlihatkan kesamaan dengan Candi Borobudur. Sayang, candi yang memiliki keunikan itu tidak berhasil diselamatkan tapi justru dihilangkan dengan dalih "demi pembangunan".

Batu candi di Prumpung

Desa prumpung yang berada di pinggir jalan raya Magelang - Jogja tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Apalagi daerah ini merupakan pusat kerajinan ukiran batu dan arca yang sudah terkenal sampai ke mancanegara. Sudah tidak terhitung berapa kali saya melewati daerah ini setiap kali akan ke Yogyakarta ataupun sebaliknya jika akan pulan ke Magelang. Sekitar tahun 2009 saya kebetulan berhenti di daerah ini untuk mengambil foto tugu bambu runcing yang berada didaerah ini pula. Hal yang menarik dan mungkin baru saat itu saya paham, ternyata diantara galeri2 seni tempat pembuatan arca tersebut saya melihat tergeletak di pinggir sebuah rumah ada beberapa batu candi.

Disamping rumah ini batu-batu tersebut berada
Lokasi batu berada
Batu-batu yang tergeletak begitu saja
Mirip bagian sebuah candi ataukah hanya sisa kerajinan?
Batu yang tidak diketahui asal usulnya
Batu tersebut membuat rasa penasaran saya dan mungkinkah batu2 tersebut  sisa dari kerajinan yang tidak terpakai dan diletakkan begitu saja ataukah bagian dari sebuah candi yang mungkin dulu berada disekitar tempat itu??

Candi di Teras Pertama Kompleks Candi Ijo

Bagi anda yang menyukai candi-candi peninggalan Hindhu tentunya tidak asing dengan Candi Ijo. Sesuai dengan namanya candi ini berada diatas sebuah bukit yang oleh masyarakat sekitar disebut gumuk ijo dengan ketinggian sekitar 410 m dpl. 

Lokasi : 
Dsn.Groyokan, Ds.Sambirejo, Kec.Prambanan, Kab.Sleman


Kompleks candi ijo terdiri dari 17 struktur bangunan yang terbagi dalam 11 teras berundak. Teras pertama sekaligus halaman menuju pintu masuk merupakan teras berundak yang membujur dari barat ke timur. Bangunan pada teras ke-11 berupa pagar keliling, delapan buah lingga patok, empat bangunan yaitu candi utama, dan tiga candi perwara. Peletakan bangunan pada tiap teras didasarkan atas kesakralannya. Bangunan pada teras tertinggi adalah yang paling sakral.

Candi ini hanya dipagari kawat seadanya
Kondisi candi yang masih terlihat bentuknya
Struktur batu putih
Pada teras  pertama atau bisa disebut teras paling bawah dan lokasinya sedikit terpisah dari kompleks terdapat reruntuhan candi. Reruntuhan ini bukan terbuat dari batu andesit melainkan terbuat dari batu putih. Kondisi candi ini sangat berantakan dan batu2 putih penyusun candi ini sudah banyak sekali yang aus karena terkena panas dan hujan serta tidak adanya perawatan.

Batu-batu banyak yang sudah aus
Sumuran candi
Ornamen yang masih terlihat
Ornamen yang masih terlihat
Ornamen yang masih terlihat
Ornamen yang masih terlihat
Lokasi teras pertama ini hanya dipagar kawat seadanya dan sepertinya tidak pernah diurus. Tetapi dari reruntuhan batu2 tersebut masih bisa dijumpai beberapa batu berelief yang masih terlihat jelas ukirannya.

Yoni Kradenan

Pada bulan Desember 2010 aku dan rombongan Bol Brutu mengadakan blusukan pasca erupsi merapi. Tujuan kami adalah mengunjungi beberapa situs dan candi yang berada di daerah salam dan sekitarnya seperti Candi Losari, Situs Mantingan dan Candi Gunung Wukir. Selepas dari berkunjung ke candi2 tersebut saya dan rombongan melanjutkan perjalanan untuk menuju ke sebuah makam yang berada di daerah srumbung.

Lokasi :
Dsn.Kradenan, Kec.Srumbung, Kab.Magelang.

Apa yang kami kunjungi disini adalah sebuah makam yang sangat unik, yaitu Kawasan Makam Djagadiningratan yang masih termasuk keluarga Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Di makam ini juga terdapat silsilah mulai dari Kerajaan Mataram Kuno. Makam Djagadiningratan ini sangat menarik dan unik yaitu batu nisan makam yang terbuat dari kayu dan dipenuhi dengan ukiran2 kaligrafi arab yang sangat indah.
Hal lain yang menarik bagi saya dan rombongan yang sebagian besar adalah pecinta candi ternyata di makam ini terdapat 2 buah yoni yang tergeletak diantara deretan makam-makam.

Didepan cungkup ini kedua yoni ini berada
Yoni 1
Yoni 2
Yoni tersebut ukurannya tidak begitu besar dan keadaanya masih baik meskipun ceratnya sudah patah dan kondisinya sudah mulai aus. Tidak diketahui dari mana asal kedua yoni tersebut dan dahulu merupakan peninggalan dari situs / candi apa.

Artefak Candi di Makam Syeh Bela Belu

Selepas dari makam Syeh Maulana Mahribi maka saya dan rombongan Bol Brutu melanjutkan blusukan ke makam yang berada tidak jauh dari makam Mahribi. Makam tersebut juga berada diatas sebuah bukit dan dikenal sebagai Makam Syeh Bela Belu Damiaking.

Lokasi :
Makam ini berada di Jl.Parangtritis, Kab.Bantul.

Sejarah :
Menurut sejarah, Syekh Bela Belu merupakan anggota kerajaan Majapahit yang giat menyebarkan agama Islam . Sebagai ulama Bela Belu sering berpindah pindah sebelum menetap di tempat ini, sampal meninggal dunia. 

Gerbang Makam Syeh Bela Belu
Untuk menuju makam ini pengunjung harus menaiki anak tangga yang lebih tinggi daripada Makam Maulana Mahribi. Diperkirakan usia makam ini hampir sama dengan makam Maulana Mahribi. Makam ini terletak di atas Bukit Banteng, dicapai dengan tangga selebar 1,60 m dikelilingi pagar tembok setinggi 1,50m. Bangunan yang ada disini adalah tempat sesaji, tempat Juru kunci, gudang, dan tempat tirakat atau nenepi. Acara yang sering dilakukan di sini adalah Ziarah dan Tirakatan Malam Satu Suro. Pengelolaannya ditangani pihak Kraton Yogyakarta.
Yang menarik dari tempat ini adalah terdapat beberapa artefak candi yang merupakan peninggalan Hindhu, lalu apakah hubungannya dengan makam ini? Mungkinkah dulu sebelumnya tempat ini merupakan tempat peribadatan Umat Hindhu??

Arca Nandi tanpa kepala
Arca Putri di makam
Batu candi di halaman makam
Artefak yang tersisa ditempat ini adalah sebuah Arca Putri yang kondisinya tidak utuh (hanya tinggal separuh). Arca tersebut tergeletak disebuah makam yang berada sebelum makam Syeh Bela Belu. Selain itu di halaman makam terdapat beberapa batu2 candi yang terbuat dari batu andesit dan sebuah arca nandi tanpa kepala.

Yoni di Makam Syeh Maulana Mahribi

Berkunjung ke cagar budaya yang saya lakukan tidak semata-mata hanya pada peninggalan klasik saja ( peninggalan Hindhu-Buddha) tetapi kadang saya juga berkunjung ke beberapa situs peninggalan Islam. Bersama dengan rombongan Bol Brutu sekitar tahun 2010 kami mengadakan blusukan ke daerah parangtritis. Tetapi tujuan kami tentu saja bukan pantainya melainkan beberapa makam dan pesanggrahan gembirowati. Tempat yang kami tuju salah satunya adalah Makam Syeh Maulana Mahribi.

Lokasi :
Dsn.Pamancingan, Ds.Parangtritis, Kec.Kretek, Kab.Bantul

Lokasi makam berada diatas sebuah bukit dan pengunjung harus menaiki anak tangga yang cukup tinggi untuk dapat menuju ke makam ini. Dari tempat ini bila memandang ke arah selatan akan terlihat pemandangan indah kawasan Pantai Parangtritis. Selain makam juga terdapat tempat sesaji, tempat istirahat dan tempat penjaga. Syeh Maulana Maghribi adalah seorang saudagar Arab yang giat menyebarkan agama Islam di tempat-tempat yang disinggahi, menetap di daerah ini hingga wafatnya. 

Gerbang Makam Syeh Maulana Mahribi
Makam Syeh Maulana Mahribi
Yang menarik bagi saya adalah di makam ini ternyata terdapat sebuah yoni (lambang Dewa Syiwa) yang pada saat itu tegeletak diatas tanah dekat tangga naik. Hanya sayang yoni ini terbelah menjadi 3 tetapi keadaannya masih utuh dan baik. 

Salah satu bagian yoni
Yoni yang terbelah
Yoni ini masih utuh hanya terbelah 3
Melihat dari kondisinya yoni tersebut terbelah menjadi 3 bukan rusak karena alam tetapi jelas dirusak oleh seseorang, tidak diketahui kenapa hal itu dilakukan? Sekarang ini yoni tersebut tetap dirawat dengan baik dan info terakhir yoni tersebut sekarang dipindahkan ke atas di halaman makam.

Wednesday, December 28, 2011

Situs Dawangsari

Penjelajahan di daerah sambirejo saya lanjutkan untuk mengunjungi sebuah situs yang berada tidak jauh dari candi barong, yaitu sekitar 200 m disebelah utara. Disini terdapat reruntuhan batu yang disebut dengan nama Situs Dawangsari.

Lokasi :
Dsn.Dawangsari, Ds.Sambirejo, Kec.Prambanan, Kab.Sleman

Apakah sebenarnya situs dawangsari ini? Menurut seorang ibu yang saya temui dan tempat saya menitipkan kendaraan diceritakan bahwa reruntuhan candi tersebut dahulu adalah tanah milik ibu tersebut. Situs ini ditemukan secara tidak sengaja dan oleh masyarakat disebut situs candi pendem. Oleh pemerintah yaitu pihak BP3 tanah tersebut dibeli dan dilakukan penggalian dan proyek untuk merekonstruksi kembali. Akan tetapi entah kenapa sampai sekarang situs ini tetap dibiarkan terbengkalai dan batu2 candi hanya ditumpuk dan berserakan tanpa ada tanda2 perawatan.

Situs dawangsari
Batu-batu yang berserakan
Tumpukan batu yang terbengkalai

Dari hasil kunjungan saya menemukan struktur batu yang disusun melingkar membentuk seperti sebuah bagian bawah sebuah stupa. Dilhat dari bentuknya apabila berhasil disusun kemungkinan stupa tersebut berukuran cukup besar. Selain itu terdapat juga batu berukir berbentuk hexagonal yang umumnya juga merupakan bagian hiasan dari sebuah stupa.

Batu berukir hexagonal
Struktur stupa
Batu penyusun stupa
Selain struktur stupa tersebut tidak ada lagi yang bisa ditemukan selain batu2 berserakan yang ditumpuk dan tidak jelas bagaimana bentuk dan posisinya. Diperkirakan situs dawangsari adalah peninggalan Buddha.

Reruntuhan situs dawangsari
Reruntuhan situs dawangsari
Batu-batu yang ditumpuk

Candi Mangkubumen

Nama Candi Mangkubumen sebenarnya sudah lama sekali aku dengar semenjak aku pindah tugas ke solo tahun 2010. Informasi tentang situs ini tidak begitu jelas, dikarenakan tidak ada keterangan yang pasti baik dari buku sejarah ataupun dari masyarakat sekitar. Tetapi dari artikel internet ada yang menceritakan tntang bangunan ini dan dari info tersebut saya mencoba menjelajahi Kota Solo untuk membuktikannya.

Lokasi :
Candi Mangkubumen berada di Jl.Dr.Ciptomangunkusumo, Solo atau didaerah Mangkubumen tepat di dekat SOLO PARAGON.

Candi Mangkubumen & Solo Paragon

Sejarah :
Bangunan unik itu, menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Keraton Kasunanan Surakarta. Candi ini dibangun oleh keraton, kalau tidak salah sekitar tahun 1840. Candi ini dibangun, persis di tempat ditanamnya ari-ari (tali pusar) dari Kanjeng Sosronagoro, Patih dari Keraton Kasunanan Solo yang kesembilan.

Disini pusar Kanjeng Sosronagoro dikuburkan
Candi Mangkubumen
Bentuk yang menyerupai menara Gereja
Prasasti huruf jawa di bagian bawah candi
Menara angin
Bangunan itu sebagai bentuk peringatan atau penghormatan dari kelahirannya. Bangunan tersebut berwarna putih, dengan ornamen unik, serta memiliki menara arah angin. Sekilas bangunan ini mirip menara gereja.Dan menurut juru kunci makam dari Kanjeng Sosronagoro ada di daerah Manang. Sebelum ada Solo Paragon, di sini dulu tempat rumahnya Kanjeng Pangeran Mangkubumi yang pertama, terus diubah fungsinya jadi rumah sakit pusat, namanya sikensoro.